Welcome

IT'S MY BLOG IT'S MY BLOG IT'S MY BLOG


Living for Story, Story for Living. Enjoy your living, live while we're young.


THANK YOU FOR VISITING :D

Cari Blog Ini

Minggu, 09 Juni 2013

What’re you Saying About Education?


Postingan kali ini gue mau cerita tentang pendidikan. Sebenernya sih cuma keinginan gue buat nulis apa yang pengen gue ucapin hehehe :D . Tanggal 7 Juni alias hari Jumat gue pulang dengan susah payah setelah gue marah2 sama agen travel yang gue pesen gara2 mereka plin plan. Biasanya gue dijemput dari kos gue 30 menit sebelumnya, tapi ini malah gue disuruh turun ke kantor agen gara2 travelnya nggak bisa jemput. Dan 30 menit sebelum keberangkatan, gila gue bisa2 malah g jadi pulang! Terus gue ke kantornya n disana masih nunggu  jam gara2 ada something wrong antara penumpang sama agen yang ribut2 gara2 ngrasa diperlakukan nggak adil antara customer satu dengan  yang lain ckckckck
Okay, tanggal 8 Juni kemarin tepatnya di hari Sabtu, hasil kelulusan SD diumumkan. Berhubung orang tua gue guru SD jadi setidaknya gue tau nilai ujian sekolah tempat ortu gue kerja, rata2 nilainya bahkan prestasi yang didapat sekolah tersebut di tingkat kabupaten kota tempat gue tinggal. Ortu gue juga ngajar kelas 6, jadi harus ikut andil dan ikut deg2an juga hehehe..tapi untungnya semua anak kelas 6 di sekolah tersebut (sebut saja sekolah A) lulus 100% and yang bikin seneng adalah sekolah tersebut menjadi juara 1 se-kabupaten kota J Bisa jadi ini hasil kerja keras seluruh guru kelas VI, semua siswa, dan semua pihak yang mendukung.
Then di sekolah lain (sebut saja sekolah B) sekitar 200 meter dari rumah gue, para siswa dan guru yang sorak sorai mengumumkan bahwa seluruh siswanya lulu 100%. Akan tetapi setiap sekolah pasti berbeda dengan sekolah lain. Sekolah A yang mendapat juara 1 berbanding terbalik dengan sekolah B yang ntah juara berapa. Meskipun sama2 lulus 100% tetapi prestasi yang didapat sungguh menyedihkan. Bayangkan sekolah A yang rata2 tertingginya 28 dengan terendah 24 dibandingkan sekolah B dengan rata2 tertinggi 24 dan terendah 17!!!!
Sebagian wali murid menganggap ini adalah kesalahan guru yang nggak bisa ngajar siswanya sehingga mendapat nilai yang buruk. Ntahlah pasti yang disalahkan pertama jika mendapat nilai yang doremi adalah guru. Padahal., jika Anda mempunyai pikiran yang terbuka, guru bukan satu2nya penyebab gagalnya siswa mendapat nilai bagus…Why I can say that?
Ada beberapa alasan kenapa gue bisa bilang kayak gitu, bukan karena orang tua gue guru, bukan juga karena gue calon guru. Menurut beberapa opini yang gue dapat n sebagian besar diucapkan oleh banyak orang  yang paling berperan dalam peningkatan nilai adalah BELAJAR. Ya belajar dan disertai faktor tertentu yang bisa mendukung belajar, diantaranya
1.   Perhatian orang tua
2.   Adanya kesadaran siswa
3.   Sekolah (Guru)
Perhatian orang tua sangat penting dalam mendukung belajar. Perhatian ini dalam arti orang tua memberikan pengarahan dan pengawasan kepada anaknya untuk belajar. Bahkan beberapa orang tua mengikutkan anaknya untuk bimbingan belajar di luar sekolah. Bisa juga dengan membelikan buku yang bisa menunjang pelajaran juga dengan memotivasi anak agar lebih giat belajar.
Adanya kesadaran siswa hanya berlaku pada anak usia 10 tahun ke atas dimana anak usia tersebut sudah agak mandiri dan bisa memikirkan keadaan. Kesadaran sendiri untuk belajar malah bisa membuat mood yang bagus sehingga bisa belajar lebih baik tanpa adanya paksaan. Jika kita mengerti perasaan orang tua dan memahami keadaan maka kita bisa menyadari apa yang bisa kita lakukan untuk mengubah keadaan yaitu belajar untuk mencapai cita2 dan mempunyai kehidupan lebih baik. Sugesti dan motivasi diri itu perlu lho… J
Sekolah, peran sekolah (guru) itu sebagai pihak ketiga yang berperan dalam memperjelas materi sehingga siswa dapat menguasai materi tertentu. Dengan adanya persiapan yang dilakukan sebelumnya maka penjelasan guru akan membuat kita semakin paham dengan materi yang agak susah untuk dipelajari. Jangan ragu untuk bertanya karena itu akan membuat kita jadi semakin tau. Tanpa adanya perhatian orang tua dan kesadaran sendiri maka guru pun menjadi sia2 dalam memberikan penjelasan dan pengajaran materi karena hanya beberapa persen materi yang akan masuk dan dicerna otak.
Sekarang, bisa dijelaskan mengapa terjadi kesenjangan antara sekolah A dan Sekolah B. Bisa jadi perhatian orang tua yang berbeda. Berdasarkan pengamatan pada sekolah A orang tua siswa membiarkan anaknya untuk membeli buku penunjang pelajaran, memberikan pengawasan tentang belajar anak, dan tak segan berkonsultasi dengan guru tentang perkembangan anak. Dibanding sekolah B yang mayoritas orang tua mereka kurang memberi perhatian. Itu bisa dilihat dari cara anak tersebut bersosialisasi dan gara bicara mereka yang cenderung “urakan”
Lalu kesadaran siswa, di sekolah A diadakan les untuk kelas 6 dan dilakukan secara berkala sebagai persiapan ujian. Para siswa tetap berangkat dan kelas selalu penuh. Presensi kehadiran hanya berisi tanda titik (hadir) dan huruf s (sakit) yang menyatakan bahwa siswa hadir dan mengikuti bimbingan belajar tersebut. Sedangkan di sekolah B sebagian besar siswa jarang berangkat bimbingan meskipun bimbingan tersebut diadakan secara Cuma2 alias gratis. Then nothing parent who force their children to go to school but let them playing although the final exam is nearly L ckckck. That’s pitiful
Untuk sekolah gue pikir fasilitas yang dimiliki sekolah A dan B memadai dan mungkin sama. Yang membedakan hanyalah letak sekolah A yang lebih strategis karena berada di pinggir jalan raya. Tapi apakah itu berpengaruh pada prestasi siswa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar