Postingan kali ini gue mau cerita tentang pendidikan. Sebenernya sih cuma keinginan gue buat nulis apa yang pengen gue ucapin hehehe :D . Tanggal 7 Juni alias hari Jumat gue pulang dengan susah payah setelah gue marah2 sama agen travel yang gue pesen gara2 mereka plin plan. Biasanya gue dijemput dari kos gue 30 menit sebelumnya, tapi ini malah gue disuruh turun ke kantor agen gara2 travelnya nggak bisa jemput. Dan 30 menit sebelum keberangkatan, gila gue bisa2 malah g jadi pulang! Terus gue ke kantornya n disana masih nunggu jam gara2 ada something wrong antara penumpang sama agen yang ribut2 gara2 ngrasa diperlakukan nggak adil antara customer satu dengan yang lain ckckckck
Okay,
tanggal 8 Juni kemarin tepatnya di hari Sabtu, hasil kelulusan SD diumumkan.
Berhubung orang tua gue guru SD jadi setidaknya gue tau nilai ujian sekolah
tempat ortu gue kerja, rata2 nilainya bahkan prestasi yang didapat sekolah
tersebut di tingkat kabupaten kota tempat gue tinggal. Ortu gue juga ngajar
kelas 6, jadi harus ikut andil dan ikut deg2an juga hehehe..tapi untungnya
semua anak kelas 6 di sekolah tersebut (sebut saja sekolah A) lulus 100% and
yang bikin seneng adalah sekolah tersebut menjadi juara 1 se-kabupaten
kota J Bisa jadi ini
hasil kerja keras seluruh guru kelas VI, semua siswa, dan semua pihak yang
mendukung.
Then
di sekolah lain (sebut saja sekolah B) sekitar 200 meter dari rumah gue, para
siswa dan guru yang sorak sorai mengumumkan bahwa seluruh siswanya lulu 100%.
Akan tetapi setiap sekolah pasti berbeda dengan sekolah lain. Sekolah A yang
mendapat juara 1 berbanding terbalik dengan sekolah B yang ntah juara berapa.
Meskipun sama2 lulus 100% tetapi prestasi yang didapat sungguh menyedihkan.
Bayangkan sekolah A yang rata2 tertingginya 28 dengan terendah 24 dibandingkan
sekolah B dengan rata2 tertinggi 24 dan terendah 17!!!!
Sebagian
wali murid menganggap ini adalah kesalahan guru yang nggak bisa ngajar siswanya
sehingga mendapat nilai yang buruk. Ntahlah pasti yang disalahkan pertama jika
mendapat nilai yang doremi adalah guru. Padahal., jika Anda mempunyai pikiran
yang terbuka, guru bukan satu2nya penyebab gagalnya siswa mendapat nilai bagus…Why
I can say that?
Ada
beberapa alasan kenapa gue bisa bilang kayak gitu, bukan karena orang tua gue
guru, bukan juga karena gue calon guru. Menurut beberapa opini yang gue dapat n
sebagian besar diucapkan oleh banyak orang
yang paling berperan dalam peningkatan nilai adalah BELAJAR. Ya belajar
dan disertai faktor tertentu yang bisa mendukung belajar, diantaranya
1. Perhatian orang tua
2. Adanya kesadaran
siswa
3. Sekolah (Guru)
Perhatian
orang tua sangat penting dalam mendukung belajar. Perhatian ini dalam arti
orang tua memberikan pengarahan dan pengawasan kepada anaknya untuk belajar.
Bahkan beberapa orang tua mengikutkan anaknya untuk bimbingan belajar di luar
sekolah. Bisa juga dengan membelikan buku yang bisa menunjang pelajaran juga
dengan memotivasi anak agar lebih giat belajar.
Adanya
kesadaran siswa hanya berlaku pada anak usia 10 tahun ke atas dimana anak usia
tersebut sudah agak mandiri dan bisa memikirkan keadaan. Kesadaran sendiri
untuk belajar malah bisa membuat mood yang bagus sehingga bisa belajar lebih
baik tanpa adanya paksaan. Jika kita mengerti perasaan orang tua dan memahami
keadaan maka kita bisa menyadari apa yang bisa kita lakukan untuk mengubah
keadaan yaitu belajar untuk mencapai cita2 dan mempunyai kehidupan lebih baik.
Sugesti dan motivasi diri itu perlu lho… J
Sekolah,
peran sekolah (guru) itu sebagai pihak ketiga yang berperan dalam memperjelas
materi sehingga siswa dapat menguasai materi tertentu. Dengan adanya persiapan
yang dilakukan sebelumnya maka penjelasan guru akan membuat kita semakin paham
dengan materi yang agak susah untuk dipelajari. Jangan ragu untuk bertanya
karena itu akan membuat kita jadi semakin tau. Tanpa adanya perhatian orang tua
dan kesadaran sendiri maka guru pun menjadi sia2 dalam memberikan penjelasan
dan pengajaran materi karena hanya beberapa persen materi yang akan masuk dan
dicerna otak.
Sekarang,
bisa dijelaskan mengapa terjadi kesenjangan antara sekolah A dan Sekolah B.
Bisa jadi perhatian orang tua yang berbeda. Berdasarkan pengamatan pada sekolah
A orang tua siswa membiarkan anaknya untuk membeli buku penunjang pelajaran,
memberikan pengawasan tentang belajar anak, dan tak segan berkonsultasi dengan
guru tentang perkembangan anak. Dibanding sekolah B yang mayoritas orang tua
mereka kurang memberi perhatian. Itu bisa dilihat dari cara anak tersebut
bersosialisasi dan gara bicara mereka yang cenderung “urakan”
Lalu
kesadaran siswa, di sekolah A diadakan les untuk kelas 6 dan dilakukan secara berkala
sebagai persiapan ujian. Para siswa tetap berangkat dan kelas selalu penuh. Presensi
kehadiran hanya berisi tanda titik (hadir) dan huruf s (sakit) yang menyatakan
bahwa siswa hadir dan mengikuti bimbingan belajar tersebut. Sedangkan di
sekolah B sebagian besar siswa jarang berangkat bimbingan meskipun bimbingan
tersebut diadakan secara Cuma2 alias gratis. Then nothing parent who force
their children to go to school but let them playing although the final exam is nearly
L ckckck. That’s
pitiful
Untuk
sekolah gue pikir fasilitas yang dimiliki sekolah A dan B memadai dan mungkin
sama. Yang membedakan hanyalah letak sekolah A yang lebih strategis karena
berada di pinggir jalan raya. Tapi apakah itu berpengaruh pada prestasi siswa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar